Keputusan Sakti Ari Seno hengkang dari band 'Sheila On 7'
lantaran ingin memperdalam agama sempat memicu pro dan kontra dari berbagai
pihak. Namun Sakti pun tetap pada keputusannya itu, ia pun berhenti bermusik
sejak 2006.
Keluar dari Sheila On 7, Sakti
langsung terbang ke India, Bangladesh dan Pakistan untuk mempelajari agama Islam lebih
dalam. Ia pun mempelajari dakwah selama kurang lebih empat bulan.
Pulang ke Tanah Air, Sakti langsung mengubah namanya menjadi Salman
Al-Jugjaywy.
Penampilan dia juga berubah 180 derajat, sekarang ia mengenakan gamis dan
tak lupa melengkapinya dengan kopiah. Jenggotnya pun dibiarkan tumbuh dengan
lebat.
Meski tak lagi tampil di layar kaca, namun
pria kelahiran Yogyakarta, 14 Juni 1980
ini masih aktif menyapa para penggemarnya lewat sosial media.
Video-video singkat saat ia berdakwah pun
diunggah di akun instagramnya @Salman_al-Jugjawy. Selain
itu Salam sekarang rupanya juga mencari penghasilan dari berjualan meja untuk
mengaji.
" Tidaklah seseorang mengonsumsi makanan yang lebih baik dari makanan yang
dihasilkan dari jerih payah," tulis Salman mengutip dari Al Miqdam
Radhuyallahu Anhu, Senin 15 Juni 2016.
Kerinduan para penggemar pun seakan terobati melihat instagram
milik Sakti. " Alhamdulillah, Sakti usaha
pembuatan meja untuk mengaji," tutur akun Mulyo.
" Wah subhanallah, usaha
baru yah mas?," kata akun Najmuddin.
" Untuk meja anak-anak
tahfidz ustadz," kata akun Agoes.
" Masha Allah Sakti," tutur akun Abi.
Suatu siang di Bandara Soekarno Hatta.
Seorang pemuda tampan dengan setelan necis melangkah mantap. Di atas bandara,
langit biru membentang. Si pemuda berjalan sedikit tergesa. Di tangannya
tergenggam selembar tiket tujuan ke negeri Jiran, Malaysia. Saat itu kalender
menunjuk tahun 2005.
Matanya bernyala semangat. Namun di pintu masuk,
ia dihadang kerumunan remaja putri. " Sakti..Sakti..Sakti!!," teriak
anak-anak tanggung itu sahut menyahut tak putus. Tak hanya memanggil, mereka
juga menarik tangan pemuda itu.
Sakti Ari Seno, nama si pemuda itu cuma bisa
pasrah sembari terus melempar senyum. " Iya, terima kasih. Saya jalan dulu
ya," kata dia kepada para fans sambil menerobos kerumunan. Langkahnya
sempat terhenti. Ia dimintai tandatangan.
Sakti kala itu tengah melesat bak komet di jagat musik
pop Tanah Air. Berkat grup band yang ia gawangi, Sheila On 7, media tak henti menyorot aktivitas sang gitaris
tampan itu. Namanya tenar ke sekujur Nusantara. Idola kaum hawa.
Siang itu, Sakti tengah siap bertolak ke Malaysia
bersama sang rekan, Eross. Keduanya mewakili Sheila On 7 untuk menerima
penghargaan atas album mereka yang mendapat penghargaan album terbaik di negara
tetangga.
Dengan nafas tengah-tengah usai meladeni fans,
Sakti ahirnya berhasil masuk ke ruang tunggu pesawat. Sial, jadwal penerbangan
rupanya 'ngaret'. Ia bersama penumpang lain harus rela menunggu lebih lama
lagi.
Bosan menunggu. Sakti rupanya tertarik dengan
sebuah gerai toko buku di dekat ruang tunggu. " Ros, aku ke toko buku
sebentar. Bosan," kata dia. Mendengar itu Eross, gitaris Sheila On 7,
membalas dengan anggukan kepala.
Begitu masuk ke toko buku, matanya terpaku pada
sebuah buku berjudul " Menjemput Sakaratul Maut Bersama
Rasulullah" . Entah kenapa ia
tertarik pada buku itu. Ia penasaran dengan isinya.
Sudah beberapa hari terakhir, hati Sakti memang
tengah gundah. Sakti jeri pada kematian. Ia juga was-was terbang ke negeri
tetangga. Terlebih ia pergi di saat sedang 'musim' kecelakaan pesawat. Pesawat
yang gagah bisa mendadak rapuh lalu jatuh.
Buku itu lalu dibeli. Dibaca sejenak dalam
perjalanan. Lalu dibawa kembali ke Yogya saat pulang dari Malaysia. Setibanya
di rumah, Sakti kaget....
Setiba di Yogya, perasaannya makin terenyuh. Ia
mendapati ibunya sakit keras.
Sebelah paru-paru ibunya
mengecil.
Pikiran Sakti makin lekat pada kematian. Apalagi
setelah seorang bibinya yang datang menjenguk, membawakan sebuah majalah
keagamaan yang juga bicara kematian.
Rentetan peristiwa itu
membuat Sakti merasa diingatkan Allah tentang
kematian, hal yang dulu sama sekali tak pernah ia pikirkan. " Kita semua
akan mati. Masalah waktunya, kita tak pernah tahu,” ujar Sakti pelan, mengenang
awal perjalanan saat dia hijrah.
Dari situ ia mulai membulatkan tekad, belajar
agama. Tapi apa dia siap keluar dari band besar yang tengah berada di puncak
popularitas? Posisinya sebagai gitaris utama kelompok itu pasti diimpikan
jutaan anak muda di Indonesia. " Kan tidak mungkin tubuh kita sudah masuk
mobil tapi kaki kita tertinggal," ujarnya.
Dalam hati kecilnya, pria kelahiran Yogyakarta, 14 Juni 1980, ingin seutuhnya masuk ke dalam
agama Allah yang penuh rahmat ini. Namun popularitas dan uang juga bukan
perkara mudah didapat. Tarik menarik antara popularitas dan panggilan agama
sempat menjadi dilema.
Tapi ia akhirnya membulatkan hati. Sakti akhirnya
memutuskan hengkang dari Sheila On 7 di tahun
2006. Keputusan itu tak pelak membuat heboh jagat hiburan. Para fans pun
tercengang. Tak percaya. Saat itu Sakti beralasan ingin fokus memperdalam
agama.
Keputusan itu sempat mendapat kritik dari beberapa
pihak. Keluarganya juga agak sulit mengerti dengan keputusan itu, tapi kemudian
bisa memaklumi. " Pro dan kontra selalu ada, tetapi selama kita mengikuti
jalan Allah, jangan ragu-ragu," kata Sakti.
Keluar dari Sheila On 7, Sakti langsung terbang ke
India, Bangladesh dan Pakistan untuk mempelajari agama Islam lebih
dalam. Di situ ia juga mempelajari dakwah selama
kurang lebih empat bulan. Di sana ia bertemu dengan muslim dari
segala bangsa.
Pulang ke Tanah Air, Sakti langsung merubah
namanya menjadi Salman Al-Jugjaywy. Penampilan dia juga berubah 180 derajat. Ia
mulai menggunakan baju gamis. Rambut gondrongnya dipotong pendek. Ditutupi
kopiah. Ia juga memelihara jenggot.