SURAH Al Ikhlas, seperti halnya surat-surat
yang lain juga memiliki banyak rahasia yang terkandung di dalamnya. Dinamakan
surat Al Ikhlas, karena dia menyelamatkan orang yang membacanya dari kesulitan
dunia akherat, dari kesulitan sakarotul maut, dari kesulitan kegelapan malam
dan dari segala kesulitan resiko di hari kiamat.
Ternyata ada waktu tertentu yang dianjurkan membaca surat Al-Ikhlas. Berikut sembilan waktu yang dianjurkan untuk mengamalkan surat Al-Ikhlas:
Pertama: waktu pagi dan sore hari
Pada malam hujan lagi gelap gulita kami keluar
mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk shalat bersama kami,
lalu kami menemukannya. Beliau bersabda, “Apakah kalian telah shalat?” Namun
sedikitpun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, “Katakanlah“. Namun sedikit
pun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, “Katakanlah“. Namun sedikit pun
aku tidak berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, “Katakanlah“. Hingga aku
berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan?” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Katakanlah (bacalah surat) QUL HUWALLAHU AHAD DAN
QUL A’UDZU BIRABBINNAAS DAN QUL A’UDZU BIRABBIL FALAQ ketika sore dan pagi
sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akn mencukupkanmu (menjagamu)
dari segala keburukan.” (HR. Abu Daud no. 5082 dan An Nasai no. 5428. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Kedua: sebelum tidur
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada
di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya
lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’
(surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul
a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak
tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah,
dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.”
(HR. Bukhari no. 5017)
Ketiga: ketika ingin meruqyah (membaca do’a dan
wirid untuk penyembuhan ketika sakit)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata,
“Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak tidur, beliau akan
meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca QUL HUWALLAHU AHAD (surat Al
Ikhlas) dan Mu’awidzatain (Surat An Naas dan Al Falaq), kemudian beliau
mengusapkan ke wajahnya dan seluruh tubuhnya. Aisyah berkata, “Ketika beliau
sakit, beliau menyuruhku melakukan hal itu (sama seperti ketika beliau hendak
tidur, -pen).” (HR. Bukhari
Keempat: wirid seusai shalat (sesudah salam)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan padaku untuk membaca mu’awwidzaat di akhir shalat (sesudah
salam).” (HR. An Nasai no. 1336 dan Abu Daud no. 1523. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih). Yang dimaksud mu’awwidzaat adalah surat Al
Ikhlas, Al Falaq dan An Naas sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani.
(Fathul Bari, 9/62)
Kelima: dibaca ketika mengerjakan shalat sunnah
fajar (qobliyah shubuh)
“Sebaik-baik surat yang dibaca ketika dua raka’at
qobliyah shubuh adalah Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan Qul yaa
ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun).” (HR. Ibnu Khuzaimah 4/273. Syaikh Al
Albani mengatakan dalam Silsilah Ash Shohihah bahwa hadits ini shahih. Lihat As
Silsilah Ash Shohihah no. 646). Hal ini juga dikuatkan dengan hadits Ibnu
Mas’ud yang akan disebutkan pada point berikut.
Keenam: dibaca ketika mengerjakan shalat sunnah
ba’diyah maghrib
“Aku tidak dapat menghitung karena sangat sering
aku mendengar bacaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat
pada shalat dua raka’at ba’diyah maghrib dan pada shalat dua raka’at qobliyah
shubuh yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun (surat Al Kafirun) dan qul huwallahu ahad
(surat Al Ikhlash).” (HR. Tirmidzi no. 431. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan shahih)
Ketujuh: dibaca ketika mengerjakan shalat witir
tiga raka’at
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca pada
raka’at pertama: Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), pada raka’at kedua:
Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan pada raka’at ketiga: Qul
huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan mu’awwidzatain (surat Al Falaq dan An
Naas).” (HR. An Nasai no. 1699, Tirmidzi no. 463, Ahmad 6/227)
Kedelapan: dibaca ketika mengerjakan shalat Maghrib (shalat wajib) pada malam jum’at
Kedelapan: dibaca ketika mengerjakan shalat Maghrib (shalat wajib) pada malam jum’at
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika
shalat maghrib pada malam Jum’at membaca Qul yaa ayyuhal kafirun’ dan ‘Qul ‘
huwallahu ahad’. ” (Syaikh Al Albani dalam Takhrij Misykatul Mashobih (812)
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Kesembilan: ketika shalat dua rak’at di belakang
maqom Ibrahim setelah thowaf
“Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan maqom Ibrahim antara dirinya dan Ka’bah, lalu beliau laksanakan shalat dua raka’at. Dalam dua raka’at tersebut, beliau membaca Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun). Dalam riwayat yang lain dikatakan, beliau membaca Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun) dan Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas).” (Disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 56)
“Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan maqom Ibrahim antara dirinya dan Ka’bah, lalu beliau laksanakan shalat dua raka’at. Dalam dua raka’at tersebut, beliau membaca Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun). Dalam riwayat yang lain dikatakan, beliau membaca Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun) dan Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas).” (Disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Hajjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 56)